Rabu, 03 Juni 2020

BANJIR

BANJIR

Banjir  menyasar keseluruh penjuru tanpa bisa di  kendalikan lagi.
Dulu  melanda kota-kota dengan mis managemen atau desa rawan karena letak geografisnya, saat ini banjir tak lagi mengenal kriteria. Yang jadi aneh, banjir merangsek ke daerah-daerah dataran tinggi  yang semula menjadi tempat aman untuk berlindung. Seakan ingin menyampaikan pessan bahwa era ini tak ada lagi tempat yang aman untuk tempat berlindung dari bencana banjir.
Semua menjadi linglung dan putus asa karena tak ada lagi tempat aman. Dampaknya kerugiannya yang merusak sudah tak lagi bisa dielakkan lagi. Orang-orang kaya yang dulu bisa berlindung dari kekayaannya, para pemimpin dan orang-orang dengan jabatan tinggi yang dulu bisa memanfaatkan kedudukannya kini sama-sama merasakan getir dan perihnya dampak banjir.

Banjir hari ini tak mau lagi menghancurkan gedung, jalan, atau fasilitas umum lainnya. Karena baginya itu era masa lalu, kini eranya sudah berganti,  maka sasaran pun harus berubah. Jika perlu dampaknya harus masif dan dirasakan oleh semua individu tanpa mengenal kasta. Kedahsyatan rusaknya bila perlu tak harus terlihat mata, tetapi nyata dalam rasa. Mempengaruhi kedamaian, ketentraman, dan tata kehidupan setiap individu. Sebab banjir hari ini adalah banjir teknologi lebih khusus lagi banjir informasi..

Ya banjir informasi meluluh lantakkan kepribadaian, merusak norma-norma kesucian, menghancurkan tatanan moralitas luhur yang dulu dijunjung tinggi. Banjir informai menyeret dan menggilas pikiran dan pandangan hidup. Banjir informasi merusak sendi-sendi penopang ketentramana dan kerukunan hidup antara lain terkikisnya kesantunan, kelembutan, toleransi, dan budi pekerti.
Mereka yang selamat bukanlah karena kekayaannya, bukan karena kepandaiannya, bukan juga karena kedudukannya. Mereka yang selamat adalah hamba-hamba pilihan yang oleh Ki Ranggo  Warsito disebut sebagai orang yang Eling dan Waspodo.
"Eling" merujuk pada kondisi seseorang yang selalu ingat akan keberadaan dirinya, keberadaan alam semesta, keberadaan Penciptanya. Dirinya ingat bahwa dahulu tiada, saat ini ada, dan besok atau lusa akan kembali menjadi tiada. Ingat bahwa kekayaan, kekuatan, kedudukan, kepandaian, kekuatan, kecantikan, dan semua atribut kemegahan yang didambakan oleh setiap diri pasti akan layu dan kemudian mati tak lagi berarti. Ingat bahwa tak ada yang abadi semuanya berubah semakin lama semakin memudar dan melemah dan kemudian mati.
 Waspodo merupakan istilah lain dari kewaspadaan, yang lebih dekat pada sebuah sikap seorang individu atau diri pribadi. Kewaspadaan dimiliki oleh diri yang bisa mengenali tanda-tanda zaman dengan perangkat keilmuan tertentu. Seseorang yang tak memiliki perangkat pemahaman dan keilmuan sejati tak akan mampu memiliki kewaspadaan. Pribadi yang waspada bisa membedakan mana kepalsuan, kepura-puraan dan mana yang hakiki dan kejujuran. Diri yang waspada akan menjaga sikap perilaku dan kepribadian untuk kokoh bersandar pada ajaran suci dan tak mudah goyah oleh banjir hasutan informasi.

Mari berdoa, semoga kita dikelompokkan menjadi hamba yang Eling dan Waspodo

BANJIR

BANJIR Banjir  menyasar keseluruh penjuru tanpa bisa di  kendalikan lagi. Dulu  melanda kota-kota dengan mis managemen atau desa rawan ka...